Kunci-Kunci Rezeki

Kunci-Kunci Rezeki - Kajian Rezeki
KUNCI-KUNCI REZEKI

Di antara perkara yang menyita perhatian banyak orang adalah masalah rezeki. Sebagian orang mengira bahwa mengamalkan ajaran Islam bisa mengurangi rezeki. Bahkan sebagian orang mengira bahwa seseorang harus meninggalkan sebagian ajaran Islam kalau mau rezekinya lancar.

Mereka itu lupa atau pura-pura lupa bahwa Allah SWT menjadikan aturan agama bukan semata-mata untuk meraih kebahagiaan hidup di akhirat saja melainkan juga di dunia. Oleh karena itu, doa yang sering diucapkan oleh Rasulullah SAW adalah:



“Wahai Tuhan kami, berikanlah kami di dunia ini kebaikan dan di akhirat kebaikan serta hindarkanlah kami dari siksa neraka.”

Anas bin Malik mengatakan bahwa dahulu doa yang paling banyak dibaca oleh Nabi SAW adalah doa tersebut. (HR. Bukhari)

Allah SWT tidak pernah membiarkan hamba-Nya berada dalam lembah kebingungan dalam urusan rezeki. Allah telah memberikan petunjuk untuk meraihnya. Seandainya hamba itu mau mengikuti petunjuk-Nya, pasti rezeki itu akan datang dengan lancar.

Berikut ini penjelasan tentang hakikat rezeki dan kunci-kuncinya.

Apa itu rezeki?

Rezeki berasal dari Bahasa Arab (rozaqo-yarzuqu-rizqon) yang bermakna memberi atau pemberian. Makna dari rezeki adalah segala sesuatu yang diberikan oleh Allah SWT kepada hamba-Nya dan dimanfaatkan oleh hamba tersebut.

Imam Raghib Asfahani mengatakan, “Rezeki bisa bermakna pemberian yang terus-menerus, bisa juga bermakna jatah dan bisa juga bermakna sesuatu yang telah dikonsumsi.”

Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa yang termasuk dalam ketagori rezki tidak terbatas hanya pada harta atau uang. Tetapi makna rezeki lebih luas daripada itu. Rezeki adalah seluruh karunia yang diberikan oleh Allah SWT kepada hamba-Nya berupa harta, kedudukan, ilmu, kesehatan jasmani dan rohani, udara yang kita hirup, air hujan yang turun, keluarga yang menyenangkan, kecerdasan, terhindarnya dari kecelakaan atau musibah, jodoh, anak dan lain sebagainya. Semua itu adalah rezeki dari Allah SWT.

Termasuk juga hidayah Islam pada diri seorang hamba, pemahaman tentang ilmu agama, terbukanya pintu-pintu amal shalih dan bahkan husnul khotimah serta mati syahid juga merupakan bagian dari rezeki yang tiada tara. Masih banyak lagi karunia Allah SWT yang sangat luar biasa, yang dikaruniakan kepada hamba-Nya dan tidak mungkin terhitung.

Syaikh Muhammad Ratib An Nabulsi mengatakan:



“Rezeki ada dua jenis: rezeki lahir (luar) dan rezeki batin (dalam). Rezeki lahir adalah seperti makanan, minuman, tempat tinggal, kendaraan dan semua yang bermanfaat bagi jasad. Sedangkan rezeki batin adalah kamu bisa mengenal Allah, kamu bisa menghubungi-Nya, kamu bisa mendekat kepada-Nya, kamu mendapatkan curahan cahaya dalam hatimu.”

Beliau juga mengatakan:



“Rezeki yang sesungguhnya adalah apabila Allah memalingkanmu dari selain-Nya.”

Jadi, rezeki lahir berkaitan dengan jasad dan hanya bertahan di dunia saja. Apabila seseorang meninggal dunia, maka lenyaplah rezeki lahirnya. Adapun rezeki batin, maka ia bermanfaat di dunia, di alam barzakh dan sampai di surga.

Setelah kita memahami hakikat rezeki, tentu tidak ada alasan bagi siapapun untuk tidak bersyukur kepada Sang Maha Pemberi Rezeki.

Semua makhluk pasti mendapatkan rezekinya di dunia ini. Entah dia manusia yang beriman atau kafir, kelompok jin yang taat atau jin setan, semua binatang, para malaikat, tumbuhan dan semua makhluk-Nya yang Dia ciptakan.

Rezeki Allah SWT pasti terus mengalir. Tidak ada yang sanggup menghalangi rezeki seseorang bila Allah SWT telah menghendaki terjadi padanya. Begitu pula sebaliknya, tidak ada yang sanggup memberikan rezeki pada seseorang bila Allah SWT telah menghendaki tidak terjadi padanya.

Rezeki seseorang di dunia ini tidak akan habis sebelum ajalnya tiba. Kepastian datangnya rezeki di dunia seiring dengan kepastian nyawa hadir pada diri seorang makhluk. Atau dengan kata lain, tanda rezeki dunia seseorang itu habis adalah hadirnya kematian padanya.

Rasulullah SAW bersabda:



“Wahai sekalian manusia, takutlah kalian kepada Allah dan perbaikilah cara kalian menjemput (rezeki), karena seseorang takkan mati sebelum rezekinya habis, walaupun lambat. Maka takutlah kalian kepada Allah dan perbaikilah cara kalian menjemput (rezeki). Ambillah yang halal dan tinggalkan yang haram.” (HR. Ibnu Majah)

Siapa yang menentukan rezeki?

Allah yang telah menentukan rezeki setiap makhluk. Allah SWT berfirman:



“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lauhul Mahfuz).” (QS. Hud: 6)



“Di langitlah letak rezekimu.” (QS. Adz Dzariyat: 22)

Rezeki sudah ditetapkan (ditakdirkan) sebelum manusia diciptakan. Percaya kepada rezeki termasuk bagian dari iman kepada takdir.

Rasulullah SAW bersabda:



“Sesungguhnya setiap orang dari kalian dikumpulkan penciptaannya di perut ibunya selama 40 hari berupa cairan nutfah, kemudian menjadi segumpal darah yang menempel selama 40 hari juga, kemudian menjadi segumpal daging selama 40 hari juga. Kemudian diutus seorang malaikat untuk menuliskan empat hal: rezekinya, ajalnya, amalnya dan bahagia atau sengsaranya.” (HR. Bukhari-Muslim)

Kalau rezeki sudah ditetapkan, lalu mengapa kita bekerja?

Memang rezeki akan terus mengejar kita ke mana pun kita berada, bukan kita yang mengejar rezeki. Namun kita wajib bekerja, bukan karena kerja yang mendatangkan rezeki. Kita bekerja hanya semata-mata karena menjalankan perintah Allah. Jadi, bekerja adalah dalam rangka beribadah kepada Allah.

Dalam sebuah hadits disebutkan:



“Sesungguhnya Allah mencintai seorang mukmin yang bekerja.” (HR. Baihaqi dalam Syu’abul Iman)

KUNCI-KUNCI REZEKI

Sekarang mari kira membahas tentang pintu-pintu rezeki, yaitu perkara-perkara yang bisa melancarkan rezeki kita, tentu saja dengan seizin Allah.

1. Istighfar dan taubat

Di antara perkara yang bisa melancarkan rezeki adalah memperbanyak istighfar dan taubat. Istighfar bukan sekadar ucapan dengan lidah “astaghfirullah” (aku memohon ampun kepada Allah) tanpa ada kesadaran dalam hati. Ucapan seperti itu tanpa disertai kesadaran dalam hati adalah istighfar palsu.

Imam Raghib Asfahani: “Taubat adalah meninggalkan dosa, menyesali kesalahan, bertekad untuk tidak mengulanginya lagi dan mengganti keburukan di masa lalu dengan kebaikan di masa depan.”

Allah SWT berfirman:



“Maka aku (Nabi Nuh) katakan kepada mereka: “Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.” (QS. Nuh: 10-12)

Perhatikan ayat di atas. Allah mengaitkan antara istighfar dengan turunnya hujan, melimpahnya harta dan banyaknya anak. Ini merupakan janji Allah. Dan Allah tidak pernah mengingkari janji-Nya.

Umar bin Al Khotob pernah berdoa meminta hujan. Namun beliau hanya membaca istighfar saja secara berulang-ulang. Saat ada yang bertanya, beliau menjawab, “Sungguh aku telah membuka langit dengan kunci sesungguhnya.”

Seorang lelaki mendatangi Al Hasan Al Basri mengadu tentang kekeringan dan paceklik yang menimpa negerinya. Maka beliau menyarankan untuk memperbanyak istighfar. Kemudian datang lelaki lain mengadu tentang kemiskinan yang melilitnya. Jawaban beliau sama, “Perbanyaklah istighfar.” Kemudian datang lagi orang ketiga meminta doa supaya diberi anak. Jawaban beliau tetap sama, “Perbanyaklah istighfar.”

Ketika ada yang bertanya alasan beliau menjawab seperti itu, beliau mengatakan, “Jawaban itu bukan dari saya, tapi dari Allah.” Lalu beliau membaca ayat di atas.

Rasulullah SAW bersabda:



“Barangsiapa selalu beristighfar, Allah akan menjadikan dari setiap kesempitannya jalan keluar, dari setiap masalahnya solusi dan akan memberinya rezeki dari arah yang tak disangka-sangka.” (HR. Abu Daud)

2. Takwa kepada Allah

Di antara kunci rezeki yang lain adalah takwa kepada Allah. Allah SWT berfirman:



“Barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.” (QS. At Talaq: 2-3)



“Jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (QS. Al A’raf: 96)

Apa itu takwa?

Imam Raghib Asfahani mengatakan, “Takwa adalah menjaga diri dari dosa dengan cara meninggalkan maksiat. Takwa akan menjadi sempurna dengan meninggalkan sebagian perkara mubah.”

Imam Jurjani mengatakan, “Takwa adalah menjaga diri dengan ketaatan supaya selamat dari hukuman.”

3. Tawakkal kepada Allah

Rasulullah SAW bersabda:



“Andaikan kalian benar-benar tawakkal kepada Allah, pasti Allah akan memberi kalian rezeki seperti burung diberi rezeki, ia pergi pagi-pagi dalam keadaan perut kosong lalu pulang sore-sore dalam keadaan perut kenyang.” (HR. Tirmidzi)

Allah SWT berfirman:



Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki) Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu. (QS. At Talaq: 3)

Imam Ghazali
mengatakan, “Tawakkal adalah bersandarnya hati kepada Allah saja.”

Imam Munawi mengatakan, “Tawakkal adalah menunjukkan kelemahan diri dan bersandar kepada Allah saja.”

Tawakkal bukan berarti berpangku tangan dan tidak bekerja. Imam Ahmad pernah ditanya tentang orang yang berkata, “Saya tidak akan mengerjakan apapun sampai rezeki saya datang sendiri.” Beliau menjawab, “Itu adalah orang yang bodoh. Padahal Nabi saja bersabda: Allah menjadikan rezekiku di bawah bayangan tombakku.”

Seorang lelaki meletakkan untanya tanpa diikat kemudian pergi dengan anggapan bahwa ia telah bertawakkal, lalu Nabi menegurnya, “Ikat dulu baru tawakkal.”

4. Fokus beribadah kepada Allah

Maksudnya yaitu selalu menghadirkan Allah dalam setiap tindak-tanduk kita. Nabi bersabda, “Kamu beribadah kepada Allah seolah-olah kamu melihatnya.”

Rasulullah SAW bersabda:



“Allah berfirman: Wahai anak Adam, fokuslah beribadah kepada-Ku, pasti Aku akan mengisi hatimu dengan kekayaan dan Aku sumbat kemiskinanmu. Jika kamu tidak melakukannya, Aku justru akan memenuhi kedua tanganmu dengan kesibukan dan tidak akan kusumbat kemiskinanmu.” (HR. Tirmidzi)

5. Selalu haji dan umrah secara kontinyu



“Teruslah melakukan haji dan umrah, karena keduanya bisa menghilangkan kemiskinan dan dosa, seperti kir yang menghilangkan kotoran besi, emas dan perak.” (HR. Tirmidzi)

6. Silaturahim

Silaturahim adalah menyambung tali rahim. Yang dimaksud rahim adalah kerabat yang masih ada hubungan nasab seperti kakak, adik, paman, bibi, keponakan, sepupu dan lain-lain. Silaturahim bisa dilakukan dengan cara berbuat baik kepada mereka serta peduli dengan keadaan mereka, baik dengan bantuan harta, jasa, perlakuan yang baik maupun dengan doa.

Rasulullah SAW bersabda:



“Barangsiapa yang suka apabila diluaskan rezekinya dan dipanjangkan usianya, hendaknya ia bersilaturahim.” (HR. Bukhari-Muslim)

Apabila ada kerabat yang fasik, maka cara bersilaturahim dengannya adalah dengan menasehatinya secara halus, mendoakan kebaikan untuknya dan tidak mengikuti perbuatan maksiatnya, meskipun akhirnya ia justru menjauh atau bahkan memutus hubungan.

7. Infaq di jalan Allah

Allah SWT berfirman:



Katakanlah: “Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-Nya)”. Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia lah Pemberi rezeki yang sebaik-baiknya. (QS. Saba’: 39)



Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjanjikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui. (QS. Al-Baqarah: 268)

Rasulullah SAW bersabda:



“Allah berfirman: Wahai anak Adam, berilah niscaya Aku akan memberimu.” (HR. Bukhari-Muslim)



“Setiap hari selalu ada dua orang malaikat yang berdoa, yang satu mengatakan: Ya Allah, berilah ganti bagi orang yang memberi. Sedangkan malaikat yang lain mengatakan: Ya Allah, hilangkanlah harta orang yang tidak membri.” (HR. Bukhari-Muslim)

“Saat seseorang berada di suatu padang pasir, ia mendengar suara di awan: ‘Siramilah kebun si fulan’ lalu awan itu menjauh dan menuangkan air. Ternyata dikebun itu ada seseorang yang tengah mengurus air dengan sekopnya. Ia bertanya padanya: ‘Wahai hamba Allah, siapa namamu? ‘ Ia menjawab: ‘Fulan.’ Sama seperti nama yang ia dengar dari awan. Ia bertanya: ‘Hai hamba Allah, kenapa kau tanya namaku? ‘ ia menjawab: ‘Aku mendengar suara di awan dimana inilah airnya. Awan itu berkata: ‘Siramilah kebun si fulan, namamu. Apa yang kau lakukan dalam kebunmu? ‘ ia menjawab: ‘Karena kau mengatakan seperti itu, aku melihat (hasil) yang keluar darinya, lalu aku sedekahkan sepertiganya, aku makan sepertiganya bersama keluargaku dan aku kembalikan sepertiganya ke kebun’.” (HR. Muslim)

8. Sedekah kepada penuntut ilmu agama

Termasuk amalan yang bisa mendatangkan rezeki adalah membantu pelajar agama atau santri. Apabila ada seseorang yang menuntut ilmu agama, maka bersedekah kepadanya bisa mengundang rezeki.

Dahulu ada dua orang lelaki bersaudara pada masa Nabi SAW. Salah satunya datang kepada Nabi SAW (maksudnya untuk memburu ilmu) dan yang satunya lagi bekerja, maka saudaranya yang bekerja mengadukan perihal saudaranya kepada Nabi SAW. Beliau menjawab:



“Bisa jadi kamu diberi rezeki karena dia.” (HR. Tirmidzi)

Kalau bersedekah kepada murid saja bisa mendatangkan rezeki sedemikian rupa, apalagi bersedekah kepada gurunya, tentu lebih besar lagi rezeki yang akan datang. Wallahu a’lam.

9. Berbuat baik kepada kaum lemah

Termasuk amalan yang mendatangkan rezeki adalah menolong kaum lemah (dhuafa) seperti orang jompo, penyandang cacat, orang sakit dan sebagainya.

Rasulullah SAW bersabda:



“Tidaklah kalian ditolong dan diberi rezeki melainkan karena adanya (do’a) orang-orang yang lemah (diantara) kalian”. (HR. Bukhari)

10. Hijrah di jalan Allah

Di antara yang bisa melancarkan rezeki adalah hijrah di jalan Allah. Hijrah artinya berpindah, bisa secara fisik yaitu dari suatu tempat ke tempat lainnya dan bisa juga secara non-fisik seperti berpindah dari perangai buruk menuju perangai baik.

Allah SWT berfirman:



“Barang siapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezeki yang banyak.” (QS. An-Nisaa: 100)

Sumber : (https://danangsyria.wordpress.com/2017/02/02/kunci-kunci-rezeki/) 02/02/2017 oleh Danang Syria ·